Nggak terasa installasi client Linux udah 1 bulan lewat. Kerja keras juga nih. Tapi itulah yang harus gue lakuin. Mereka kasih imbal balek yang lumayan tinggi. Jadi yah, harus ada hasil yang real untuk company ini. Mungkin di blog ini cuman migrasi yang gue tekanin. Walau sebenernya lebih dari itu.
Ada 5 company disini. Jadi ke 5 company itu bakal gue kasih threat migrasi. Karena BSA 2 taon lalu datang hanya mengobok-obok 3 company doang, jadi ke 3 company itu jadi target utama harus diselesaikan dahulu. Ke 3 company itu walau dalam satu group, tapi mereka menggunakan gedung yang berbeda-beda.
Sejauh ini, sudah satu bulan berjalan install Ubuntu client. Baru company 1 yang gedungnya paling gede. Dan emang 2/3 PC serta semua server berasal dari company ini. Special untuk company ke 1, ada 2 bagian: office and production. Officenya kelar minggu ini. Dan dalam 2 minggu ke depan bagian productionnya juga.
Total ada sekitar 40 Ubuntu client di main officenya. Itu diluar server. Dan semua berjalan dengan sangat baek. Hampir tidak ada problem. Setelah 1-2 hari client menikmatinya, mereka akan terbiasa. Dan setelah itu akan banyak pertanyaan dan tuntutan yang gue harus penuhin. Karena menurut gue bagus juga beberapa ide mereka.
Penggunaan LDAP+NFS untuk Ubuntu client nggak ada hambatan disini client. 100% lancar tanpa problem. Sedangkan LDAP+SAMBA juga OK. Beberapa kali kasus account and change password, gue selesain dengan cara restart service samba malem hari. Tapi ini bukan masalah besar. Karena gue provide baek Ubuntu client dan Windows client kurang lebih sama. Mereka bisa mengakses: personal folder, division folder, public folder & TEMP folder dari Ubuntu server. Email using Thunderbird, IM using Pidgin dan support Thai language.
Well ... Windows and Linux client 100% sama pendekatannya. Tapi caranya beda. Beberapa MIS kasih pendekatan dengan rubah interface yang mirip Windows. Tapi itu gue tolak mentah-mentah. Wah... gue nggak demen namanya kemiripan seperti itu. Nikmati aja Ubuntu/Gnome dengan menu di atas. Kalo Windows menu di bawah. That's the different. And that's the fun :-D
Windows ya Windows. Linux ya Linux. Yang standart itu dokumen dan protokol. Cara penggunaan yang beda, justru itulah kenikmatannya. Mungkin awalnya kagok. Tapi mereka akan tau, perbedaan itu justru bagus. Fresh .... and Windows interface ... thats for my father. Old fasion .... :-p
Sekarang mengenai pertukaran dokumennya. Dulu banyak pengguna personal notebook yang nggak mau install OpenOffice.org. Tentunya karena policy MIS Manager yang lama, mengubah setting OpenOffice.org di semua client agar selalu menyimpan ke folder DOC/XLS/PPT. Dan ini banyak kendala, format file binary M$ itu suka berubah di OpenOffice.org kalo udah sangat kompleks. Juga penyimpanan dari OpenOffice.org ke format itu akan menghilangkan beberapa hal. Nah loh ...
Sejak gue handle, semua setting OpenOffice.org harus kembali ke default. Dan ODF (ODT/ODS/ODP/ODG) harus jadi format yang bisa diterima semua pihak. Tanpa ada perkecualian. Lah wong yang nggak gratis (alias loe harus beli/bajak seperti Ms.Office) loe mau trima, kenapa juga format yang gratis loe justru nggak mau terima??? Dont be stupid ... Jangan pake alasan sulit. Kalo alasan mudah, Macintosh paling mudah. Kenapa loe pake Windows??? Windows yang lebih sulit dari Mac :-p Kan sama-sama tinggal bajak :-0 So... problem realnya, bukan karena mudah or sulit. Karena ... you dont want to change !!!
So policy untuk install OpenOffice.org di semua PC mulai keliatan hasilnya. Dengan banyaknya client Linux pake ODF. Juga MIS departemen gue kasih policy semua dokumen keluar MIS harus ODF (or PDF to outside is ok). Dan semua dokumen MIS di server harus ODF. Well... what's you think about this :-D Management pun sekarang dah bisa maklum dengan sangat baek.
Greeting from Thailand :-)
Ada 5 company disini. Jadi ke 5 company itu bakal gue kasih threat migrasi. Karena BSA 2 taon lalu datang hanya mengobok-obok 3 company doang, jadi ke 3 company itu jadi target utama harus diselesaikan dahulu. Ke 3 company itu walau dalam satu group, tapi mereka menggunakan gedung yang berbeda-beda.
Sejauh ini, sudah satu bulan berjalan install Ubuntu client. Baru company 1 yang gedungnya paling gede. Dan emang 2/3 PC serta semua server berasal dari company ini. Special untuk company ke 1, ada 2 bagian: office and production. Officenya kelar minggu ini. Dan dalam 2 minggu ke depan bagian productionnya juga.
Total ada sekitar 40 Ubuntu client di main officenya. Itu diluar server. Dan semua berjalan dengan sangat baek. Hampir tidak ada problem. Setelah 1-2 hari client menikmatinya, mereka akan terbiasa. Dan setelah itu akan banyak pertanyaan dan tuntutan yang gue harus penuhin. Karena menurut gue bagus juga beberapa ide mereka.
Penggunaan LDAP+NFS untuk Ubuntu client nggak ada hambatan disini client. 100% lancar tanpa problem. Sedangkan LDAP+SAMBA juga OK. Beberapa kali kasus account and change password, gue selesain dengan cara restart service samba malem hari. Tapi ini bukan masalah besar. Karena gue provide baek Ubuntu client dan Windows client kurang lebih sama. Mereka bisa mengakses: personal folder, division folder, public folder & TEMP folder dari Ubuntu server. Email using Thunderbird, IM using Pidgin dan support Thai language.
Well ... Windows and Linux client 100% sama pendekatannya. Tapi caranya beda. Beberapa MIS kasih pendekatan dengan rubah interface yang mirip Windows. Tapi itu gue tolak mentah-mentah. Wah... gue nggak demen namanya kemiripan seperti itu. Nikmati aja Ubuntu/Gnome dengan menu di atas. Kalo Windows menu di bawah. That's the different. And that's the fun :-D
Windows ya Windows. Linux ya Linux. Yang standart itu dokumen dan protokol. Cara penggunaan yang beda, justru itulah kenikmatannya. Mungkin awalnya kagok. Tapi mereka akan tau, perbedaan itu justru bagus. Fresh .... and Windows interface ... thats for my father. Old fasion .... :-p
Sekarang mengenai pertukaran dokumennya. Dulu banyak pengguna personal notebook yang nggak mau install OpenOffice.org. Tentunya karena policy MIS Manager yang lama, mengubah setting OpenOffice.org di semua client agar selalu menyimpan ke folder DOC/XLS/PPT. Dan ini banyak kendala, format file binary M$ itu suka berubah di OpenOffice.org kalo udah sangat kompleks. Juga penyimpanan dari OpenOffice.org ke format itu akan menghilangkan beberapa hal. Nah loh ...
Sejak gue handle, semua setting OpenOffice.org harus kembali ke default. Dan ODF (ODT/ODS/ODP/ODG) harus jadi format yang bisa diterima semua pihak. Tanpa ada perkecualian. Lah wong yang nggak gratis (alias loe harus beli/bajak seperti Ms.Office) loe mau trima, kenapa juga format yang gratis loe justru nggak mau terima??? Dont be stupid ... Jangan pake alasan sulit. Kalo alasan mudah, Macintosh paling mudah. Kenapa loe pake Windows??? Windows yang lebih sulit dari Mac :-p Kan sama-sama tinggal bajak :-0 So... problem realnya, bukan karena mudah or sulit. Karena ... you dont want to change !!!
So policy untuk install OpenOffice.org di semua PC mulai keliatan hasilnya. Dengan banyaknya client Linux pake ODF. Juga MIS departemen gue kasih policy semua dokumen keluar MIS harus ODF (or PDF to outside is ok). Dan semua dokumen MIS di server harus ODF. Well... what's you think about this :-D Management pun sekarang dah bisa maklum dengan sangat baek.
Greeting from Thailand :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar