22 Februari 2009

Migrasi data dari server Netware ke server Linux

Salah satu bagian yang butuh banyak waktu disini adalah mengganti Netware server 5.1 ke Ubuntu server (Linux). Kalau sebelumnya dengan Netware server, semua client menggunakan Windows. Sekarang sejak menggunakan Linux server, client ada 2 jenis OS (Windows dan Ubuntu Linux). Dalam artikel sebelumnya juga udah gue bahas gemana server Linux bisa menangani ke 2 jenis client dengan gunakan Samba+LDAP dan NFS+LDAP. Jadi disini gue akan jelasin cara yang kita untuk pindahin data dari Netware server ke Linux server.

Persiapan pemindahan data

Setiap departemen kita harus tahu list email addressnya. Ini penting karena semua tersambung LDAP. Patokannya pake email address saja. Jadi tentu semua username harus sama seperti email address. Ini berarti semua komputer punya mailbox? Betul skali.

Management nggak mau awalnya. Tapi gue jelasin, justru penting semua komputer ada mailbox. Karena udah ada networking masih juga pada pake USB flashdisk. Ini sangat beresiko. Karena USB flashdisk sumber virus saat ini. Dengan adanya mailbox, mereka bisa saling kirim dokumen ke user laen. Dan MIS nggak perlu ribet lagi. Karena adanya virus yang di bawa dari rumah. Tapi harus diinget satu hal, hampir semua mailbox itu hanya local saja. Alias tidak bisa kirim/terima di internet. Kecuali mailbox yang email tetep dibuka untuk kirim/terima dari internet.

Perbedaan account di Netware dan di Linux server jelas beda. Karena Netware tidak bisa menggunakan titik (dot). Jadi username di Netware jelas beda dengan email address yang kebanyakan disini menggunakan titik (dot). Oya, mereka sudah memiliki email address di Linux server. Jadi semua user punya 2 username:
  • username dari Netware untuk login ke Netware client
  • username dari mail server untuk download email
Karena tujuan kita menggunakan 1 username dan 1 password untuk semua service, maka patokan email address yang akan kita gunakan. Jadi di server LDAP, pembuatan account baru harus menggunakan email address yang udah ada. Dan MIS udah membuat semua account di LDAP. Samba/NFS juga udah tersambung ke LDAP server ini.

Sekarang untuk pemindahan 1 departemen, salah satu MIS akan cek planning migration untuk departemen itu. Akan cek skali lagi dari plan yang udah kita bikin sebelumnya.
  • Update database komputer (sapa tau ada perubahan)
  • List semua username dan email juga netware accountnya
  • Komputer mana yang bakal pake Windows (termasuk juga alasan kenapa tetep pake Windows) dan mana yang bakal pake Linux
  • Send email ke departemen itu (semua user dan manajernya) memberi tahukan esok hari after lunch akan ada proses pemindahan data ke server baru
Pemindahan data dari Netware ke Linux server

Pemindahan disini dalam arti di salin yah. Gue nggak mau data di Netware dihapus. Untuk jaga-jaga, data di Netware harus tetep ada. Walau nggak di akses oleh user lagi. Mungkin setelah 3 bulan nggak ada yg pake, bisa deh di shutdown untuk selamanya.

Dari hasil pengecekan ke departemen yang mau kita threat, salah satu MIS yang dapat jatah pegang Linux server akan melakukan cek beberapa hal di Netware server :
  • Cek semua usename
  • Cek folder masing-masing username
  • Cek folder departemen
  • Cek beberapa folder public milik departemen
Ini hanya untuk mastikan list itu udah bener adanya. Selanjutnya akan lanjut pengecekan di Linux server:
  • Cek semua usename
  • Cek folder masing-masing username
  • Cek folder departemen
  • Cek beberapa folder public milik departemen
  • Pembuatan share folder di smb.conf
  • Pembuatan login script
  • Penambahan printer departemen itu ke CUPS server
Proses selanjutnya adalah menyalin data menggunakan rsync. Karena MIS baru beberapa bulan kenal Linux, gue usahakan untuk mengurangi faktor kesalahan dengan menggunakan script. Tentunya setelah proses pengecekan diatas.

Novel Netware termounting ke directory /netware. Agar permanen, masukkan ke /etc/rc.local seperti ini:

/usr/bin/ncpmount -S tree -A servername.domain -U admin.domain -p cp874 -y utf8 -P password -V VOL_A /netware -o ro

Oya. Server Netware sini banyak menyimpan Thai character di namafile dan foldernya. Jadi konversi dari encoding TIS620 (-p cp874) ke UTF8 (-y utf8) sangat penting. Juga gue mounting gunakan adminnya Netware. Biar bisa akses semua files. Walau hanya ro (read only) saja. Demi keamanan agar datanya jangan sampai terhapus. Murni cuman untuk salin data saja.

Sedangkan script Bash untuk rsync yang udah gue sediakan. Yang butuh silakan salin dari public folder dropbox gue.

Setiap departemen punya banyak user, dengan satu departemen/divisi folder dan beberapa public folder. Dan ini tercover dalam script diatas. MIS cukup lengkapin bagian atas script, lalu jalankan di sore hari. Biasanya running bisa 3-6 jam. Lama boo. Karena emang datanya banyak. Jadi tengah malem udah tersalin semua data departemen itu.

Esok siangnya, after lunch MIS akan lakukan hal berikut:
  • Disable akses Netware dari departemen yang akan di threat
  • Jalankan script itu sekali lagi untuk dapatkan update data (yang mungkin berubah dipagi-siang hari). Dan kali ini cuman butuh waktu 5-10 menit saja.
  • Selanjutnya beberapa MIS akan menuju ke departemen itu dan mulai threat client
Joining client Windows ke server Linux

Client Windows bisa langsung join ke Samba server dan remove Netware client software. Semua mapping yang disediakan Samba server, sama seperti mapping di Netware client
software. Jadi Windows XP client akan nemukan semua mapping drive beserta datanya sebelumnya. No lost ...

Yang paling menyebalkan disini, proses ganti domain di XP. Adalah utility "Files and Settings Transfer Wizard" bawaan Windows XP bener-bener lelet. Bayangkan kalau email user sampe 20-30GB. Waktu backupnya akan berjam-jam. Dari pengalaman di minggu pertama, akhirnya ketemu cara yang lebih simple mindahin profiles Windows. Tapi tetep aja menyebalnya. Karena di Linux mindahin profiles sangat sangat sangattttt simple :-D

Dan juga dengan join client XP ke Samba, semua username kita usahakan tidak gunakan level Administartor lagi. Hampir semua user yang dulu bebas install apa aja, sekarang udah nggak berkutik lagi. Sayangnya, rata-rata software Windows nggak bisa ngikutin kebiasaan ini. Sehingga beberapa software nggak bisa jalan karena butuh level Adminstrator. Sialan banget deh. Dan sialnya software-software yang nggak ngikutin adat security ini, banyak banget. Sama seperti tradisi M$ yang nggak mau ikut standart. Seperti itulah :-D

Migrasi client dari Windows ke Linux

Migrasi client dari Windows ke Linux juga perdepartemen. Hampir
semua departemen sudah ada jatah lisensi XP+MS.Office. Sisa dari jatah
itu, yang udah kita planning untuk menggunakan Ubuntu Linux, langsung
di kerjakan. Simple aja:
  1. Masih dengan Windowsnya, migrate email ke Thunderbird for Windows
  2. Backup Thunderbird profile dan Document folder ke external harddisk
  3. Clone Ubuntu Linux dari server ke local harddisk (5-10 menit only)
  4. Login gunakan username milik user (via LDAP)
  5. Restore Thunderbird profiles dan Documents folder
  6. Lanjut beberapa setting tambahan
  7. Ready di kirim ke client
Itulah proses yang kita kerjakan sampe saat ini. Dan masih belon kelar juga. Karena emang sedang berjalan sampe detik ini. Tapi yakin deh. Kerja keras itu pasti ada hasil.


19 Februari 2009

Pengganti WinFax di Ubuntu

Salah satu client yang harus di migrasikan ke Ubuntu Linux adalah fax server. Rupanya sama salah satu MIS di install WinFAX Profesional Edition. Dan yang dipake adalah versi bajakannya :-D

Setelah liat kebutuhan, rupanya client WinFAX ini hanya untuk terima fax saja. Setiap fax yang masuk ke WinFAX software, akan di save ke My Documents dulu. Lalu kirim email dengan melampirkan fax tadi. Heran? Ribet banget yah. Padahal dari WinFAX bisa langsung forward ke email tuh :-D

Dulu di Jakarta gue ada pengalaman menggunakan HylaFAX. Jadi bukan hal sulit untuk mengintall software ini. Setiap fax yang masuk, akan dikirim email ke fax operator. Tapi dari diskusi sama MIS, akhirnya cari webbase interface untuk HylaFAX. Sehingga semua operasinya via web. Dan ini akan memudahkan user dan MIS untuk mantau.

Dari Googling nemu yang namanya AvantFAX. Interfacenya sangat simple dan sudah sesuai kebutuhan kita. Nggak perlu interface yang sok canggih deh. Dari ujicoba di PC gue, walau belum bisa sambung ke LDAP, tapi interfacenya bagus and sangat ringkas. Rutinitas yang dulu dilakuin di WinFAX, semua bisa dilakukan di web.

Karena gue nggak mau matiin WinFAX selama ujicoba, cukup dengan komputer Pentium III dan 512MB memori. Dan tentunya Ubuntu 8.04 LTS Edition.
  • Configure modem. Modem external akan mudah disini.
  • Install hylafax-server dan berikutnya akan dituntun melakukan setup HylaFAX.
  • Download AvantFAX dan jalankan aja script "debian-install.sh"
Ready deh AvantFAX di http://localhost. Jika mau nambah user, ke http://localhost/admin.

17 Februari 2009

Update lewat /etc/rc.local

Kadang kalau lagi support ke client, Linux client juga gue check. Sekedar check apa ada yang tidak beres. Terutama fokus pada proses updatenya. Ternyata beberapa client tidak bisa terupdate.

Tidak jelas apa yang mereka lakuin. Tapi sepertinya proses update terputus saat lagi proses. Seperti misalnya, listrik padam, user tekan reset, dan laennya. Akhirnya setelah restart, proses update tidak akan mau jalan. Errornya seperti biasa, harus jalankan command "dpkg --configure -a".

Kalau pernah baca artikel gue tahun lalu (disini), semua client disini harus selalu update setiap kali PC start up dengan perintah ini:

/usr/bin/apt-get clean
/usr/bin/apt-get update
/usr/bin/apt-get -y dist-upgrade


Ini penting. Karena semua user disini menggunakan username dari LDAP. Dan semuanya hanya level user. Artinya tidak bisa menjalan update yang membutuhkan level root (dengan sudo). Kecuali group MIS saja yang bisa melakukannya. Dan kita sebagai MIS tidak mungkin harus jalankan update dari satu komputer ke komputer yang laen. Jadi solusinya ya harus console. Lebih simple aja.

Dan sekarang perintah itu gue update seperti ini:

/usr/bin/dpkg --configure -a
/usr/bin/apt-get clean
/usr/bin/apt-get update
/usr/bin/apt-get -y dist-upgrade



Jadi bila ada kejadian error seperti sebelumnya, setelah PC restart akan melanjutkan proses updatenya. Well ... proses update ini jauh lebih simple dengan Ubuntu Linux. Coba deh Windows ... lebih mumet and ribet :-D

Goodluck pren

16 Februari 2009

Ubuntu 8.10 di Compaq Presario CQ45

Yang ini satu lagi notebook. Milik bos juga. Waktu beli 3 bulan lalu emang tanpa OS. Edisi yang pake OS lagi kosong. Karena maunya Compaq model ini, ya silakan deh. Tapi nyatanya notebook sampe sudah terisi Vista. Aneh juga kan. Dan dia seneng sekali karena dapat Vista :-D

Setelah bulan ke 3, dia datang sambil marah-marah. Kenapa pelan?

MIS sempet cek lalu kasih tau. Emang pelan nih!!! Gue minta downgrade ke XP. Tapi mereka coba tidak ada hasil. Cek ke support sitenya. Emang cuman untuk Vista. Belum dapat satupun solusi untuk install XP dari Google.

Lalu gue cek lebih detil lagi. Karena punya bos nggak enak kalo nggak bisa kelar problemnya. Akhirnya keputusan gue, coba full scandisk, install SP1 untuk Vista. Bah ... total 15 jam proses baru kelar tuh. Dah hasilnya mengecewakan. Masih pelan sekali :-(

Duh ... gue paling benci OS yg satu ini. Bener nyusahin. Apalagi bos yang satu ini orang Korea. Susah percaya sama orang. Bener-bener menyebalkan kalo dia datang dan liat masih nggak ada solusi dari MIS. Padahal Vistanya yang resek. Bukan divisi gue. Mending gue install Ubuntu deh. Paling nggak Ubuntu nggak lemot seperti Vista. Dan paling nggak dia tau kalo problem di OS. Bukan hardware seperti yang gue pernah bilang ke dia. OK. Kalau diliat dia cuman baca-baca internet dan cek email, nggak ada salahnya kasih coba.

Instalasi Ubuntu 8.10 berjalan lancar. Dan berikut ini hasil command "lspci":


00:00.0 Host bridge: Intel Corporation Mobile 4 Series Chipset Memory Controller Hub (rev 07)
00:02.0 VGA compatible controller: Intel Corporation Mobile 4 Series Chipset Integrated Graphics Controller (rev 07)
00:02.1 Display controller: Intel Corporation Mobile 4 Series Chipset Integrated Graphics Controller (rev 07)
00:1a.0 USB Controller: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) USB UHCI Controller #4 (rev 03)
00:1a.1 USB Controller: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) USB UHCI Controller #5 (rev 03)
00:1a.7 USB Controller: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) USB2 EHCI Controller #2 (rev 03)
00:1b.0 Audio device: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) HD Audio Controller (rev 03)
00:1c.0 PCI bridge: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) PCI Express Port 1 (rev 03)
00:1c.1 PCI bridge: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) PCI Express Port 2 (rev 03)
00:1c.2 PCI bridge: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) PCI Express Port 3 (rev 03)
00:1c.3 PCI bridge: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) PCI Express Port 4 (rev 03)
00:1c.4 PCI bridge: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) PCI Express Port 5 (rev 03)
00:1c.5 PCI bridge: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) PCI Express Port 6 (rev 03)
00:1d.0 USB Controller: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) USB UHCI Controller #1 (rev 03)
00:1d.1 USB Controller: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) USB UHCI Controller #2 (rev 03)
00:1d.2 USB Controller: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) USB UHCI Controller #3 (rev 03)
00:1d.3 USB Controller: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) USB UHCI Controller #6 (rev 03)
00:1d.7 USB Controller: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) USB2 EHCI Controller #1 (rev 03)
00:1e.0 PCI bridge: Intel Corporation 82801 Mobile PCI Bridge (rev 93)
00:1f.0 ISA bridge: Intel Corporation ICH9M LPC Interface Controller (rev 03)
00:1f.2 SATA controller: Intel Corporation ICH9M/M-E SATA AHCI Controller (rev 03)
00:1f.3 SMBus: Intel Corporation 82801I (ICH9 Family) SMBus Controller (rev 03)
03:00.0 Network controller: Intel Corporation PRO/Wireless 5100 AGN [Shiloh] Network Connection
04:00.0 Ethernet controller: Realtek Semiconductor Co., Ltd. RTL8101E/RTL8102E PCI Express Fast Ethernet controller (rev 02)
05:00.0 System peripheral: JMicron Technologies, Inc. SD/MMC Host Controller
05:00.2 SD Host controller: JMicron Technologies, Inc. Standard SD Host Controller
05:00.3 System peripheral: JMicron Technologies, Inc. MS Host Controller
05:00.4 System peripheral: JMicron Technologies, Inc. xD Host Controller


Dan hasil command "lsusb":


Bus 008 Device 003: ID 090c:c371 Feiya Technology Corp.
Bus 008 Device 001: ID 1d6b:0002 Linux Foundation 2.0 root hub
Bus 003 Device 001: ID 1d6b:0002 Linux Foundation 2.0 root hub
Bus 006 Device 001: ID 1d6b:0001 Linux Foundation 1.1 root hub
Bus 007 Device 001: ID 1d6b:0001 Linux Foundation 1.1 root hub
Bus 005 Device 001: ID 1d6b:0001 Linux Foundation 1.1 root hub
Bus 004 Device 003: ID 04d9:0499 Holtek Semiconductor, Inc.
Bus 004 Device 001: ID 1d6b:0001 Linux Foundation 1.1 root hub
Bus 002 Device 001: ID 1d6b:0001 Linux Foundation 1.1 root hub
Bus 001 Device 003: ID 03f0:171d Hewlett-Packard Wireless (Bluetooth + WLAN) Interface [Integrated Module]
Bus 001 Device 001: ID 1d6b:0001 Linux Foundation 1.1 root hub


Hampir semua terdeteksi dengan baek. Compis juga langsung jalan karena VGA nya pake Intel. Cam langsung OK. Wireless juga OK.Bluetooth OK. Sepertinya OK semua kecuali sound aja tuh nggak berfungsi. Ini terdengar jelas keanehan sound saat login GDM. Sound akan mengulang-ulang tapi nggak sempurna.

Setelah ke UbuntuForums.org dapat solusinya. Tambahkan 2 baris berikut di file /etc/modprobe.d/alsa-base:

options snd-hda-intel model=hp-ma
options snd-hda-intel enable_msi=1


Dan setelah restart, sound sudah berjalan sempurna. Perfect.

Met coba bos :-D

14 Februari 2009

Ubuntu 8.10 di Sony VAIO VGN-SZ583N

Setelah beberapa kali ngeluh Vistanya pelan, Big BOS akhirnya tanya macem-macem. And gue buka juga kalo Vista nih resek banget. Cuman 5 personal notebook pake Vista selalu ribut karena lemot. Kadang nggak bisa ke internet. Mendadak aja tuh. Esoknya kadang normal lagi. Open file di server apalagi lemotnya. Shutdown juga. Sekitar 10 menit baru bisa off. Dan gue cuman bilang, bego aja mau pake Vista :-D

Akhirnya dia minta coba install Ubuntu di Notebooknya. Ok deh. Silakan saja. Nggak rugi juga kok nyoba Ubuntu. Cuman gue bayangin, setelah dual boot ready pasti akan dapat pertanyaan deh. Itu yang paling membosankan. Terutama awal-awal pake deh. Krang kring melulu. Bisa-bisa malem tidur terganggu.

Gue suka notebooknya. Sony VAIO VGN-SZ583N yang ringan sekali. Karena gue rasa pake Wubi akan terasa sedikit berat. Mending bagi partisi. Sekita 10GB dah cukup deh. Dia kan mau coba saja. Gue cuman pesen kalo dah OK and terbiasa pake, silakan notebook lamanya gue full install Ubuntu. Notebooknya bejibun soalnya.

Proses install Ubuntu 8.10 berjalan lancar tanpa ada masalah. Compis juga langsung jalan karena VGA nya pake Intel. Sound langsung OK. Wireless juga OK. Yang laennya gue blon banyak check keburu dia ambil. Tapi kliatannya nggak ada problem. Kecuali cam nya aja tuh nggak berfungsi. Sorry, kmaren lupa ambil detil 'lspci'nya.

Setelah Googling, sepertinya dapat driver dari site ini. Tapi sepertinya nggak bisa dipake karena kernel versi lama:
  1. http://www.palmix.org/r5u870-en.html
  2. http://www.arakhne.org/ricoh/index.html
Dari UbuntuForums.org dapat hasil yang memuaskan. Versi driver yang ready dengan dukungan DKMS. Jadi setiap ganti kernel akan compile sendiri dan langsung ter update:

sudo sh -c "echo 'deb http://ppa.launchpad.net/intuitivenipple/ubuntu intrepid main' >/etc/apt/sources.list.d/intuitivenipple.list"

sudo apt-get update
sudo apt-get install r5u870-dkms


Lalu remove sources softwarenya:

sudo rm /etc/apt/sources.list.d/intuitivenipple.list

sudo apt-get update

Setelah install "cheese", langsung muncul tuh. Berhasil deh cam nya. Juga untuk skypenya.

Goodluck BOS :-D

08 Februari 2009

Ubuntu Linux untuk Korean

Umumnya kita gunakan Ubuntu dengan English interface. Nggak beda dengan Windows XP, juga English interface. Untuk semua karyawan sini yang emang penduduk Thai. Ini nggak beda sama di Indonesia. Hampir semuanya gunakan English interface secara default.

Tapi expatriat Korean beda. Mereka sangat minded dengan produk Korea. Untuk komputer mereka gunakan user interface berbahasa Korea. Itu sewaktu mereka gunakan Windows XP. Dan karena mereka cuman pake internet, email dan office, tentu saja mereka dapat jatah menggunakan Linux :-D

Sekarang tantangannya gemana menghadirkan Ubuntu Linux 8.04 LTS edition untuk mereka. Apesnya, gue sendiri nggak tau bahasa Korea. Tapi paling nggak pelajaran sebelumnya tentang Thai language di Ubuntu Linux bisa gue pake dengan pendekatan yang sama. Inget yah, Thai languange hanya untuk input editor (pengetikan) saja (dengan SCIM). Tapi user interface tetep pake English. Sedangkan sekarang Korean maunya, user interface dalam bahasa Korea dan pengetikan bisa untuk Korean dan English.

Penambahan dukungan bahasa korea

Sangat mudah menambah dukungan bahasa Ubuntu Linux (Gnome). Langsung aja buka menu System, Administration, Languange Support.



Klik saja "Korean". Selanjutnya ikutin aja proses penginstallan. Dan sehabis itu akan minta restart.

Penambahan dukungan bahasa ini akan menambah banyak hal di Ubuntu. Tapi beberapa hal akan langsung tersedia:
  1. Penggunaan SCIM
    Dibutuhkan saat mengetikkan bahasa Korea tentunya (input editor). Bahasa Indonesia mungkin belum terasa karena karakternya sama persis dengan English. Tapi bahasa yang laen (Japanese, Chinese, dll) sama juga caranya seperti ini.
  2. Penggunaan user interface selain English
    Kalo user menginginkan menu dalam bahasa Korea, ini akan bermanfaat. Juga pengen menggunakan menu bahasa Indonesia ;-)
  3. Dictonary
    OpenOffice.org akan sangat terbantu. Juga Firefox, Thunderbird dan banyak skali aplikasi Linux yang bisa menggunakan fasilitas ini. Sayangnya kali ini gue nggak bahas yang satu ini yah.
User interface dengan bahasa Korea

Sehabis restart, menu login (GDM) sudah siap tentunya. Cukup klik Options (pojok kiri bawah), Language, Korean. Jika muncul pertanyan, accept aja sebagai Default. Setelah refresh, sekarang menu login udah dengan user interface Korea. Login seperti biasa, dan sekarang Gnome udah dengan user interface Korea juga.



Input editor (SCIM) switch

Desktop Gnome sekarang memiliki tambahan icon SCIM di taskbar (icon keyboard di pojok kanan atas ). Untuk mengubah input dari English ke Korean, cukup gunakan CTRL+SPACE. Dan di bagian pojok kanan bawah akan muncul detailnya. Untuk kembali ke English, tekan CTRL+SPACE skali lagi.





Tambahan untuk Thunderbird

Client tidak menggunakan Evolution. Hal ini karena dari Windows kita transfer email ke Thunderbird for Windows. Sampai ganti ke Ubuntu, profiles Thunderbirs langsung di masukkan dan bisa langsung di nikmati.

Karena Thunderbird adalah paket tambahan di Ubuntu, sepertinya ini salah satunya aplikasi yang belum menggunakan menu Korean. Cukup install yang ini:

sudo apt-get install thunderbird-locale-ko



Dictionary untuk English<>Korea

Untuk dictionary kemaren udah gue bahas di artikel sebelumnya dengan OpenDict.




Mudah kan? :-D

04 Februari 2009

OpenDict, another dictionary

Secara official, kita pake Stardict. Baek client Ubuntu Linux maupun client Windows semuanya menggunakan software ini. Dictionary data English-Thai dan Thai-English lengkap. Dan kemampuan untuk langsung query hanya dengan mouse, itu yang the best.

Sayangnya untuk bahasa Korea, susah cari dictionary datanya yang lengkap. Jadi harus nyari solusi lain. Nggak sengaja setelah obok-obok repository Ubuntu 8.04 LTS, nemu OpenDict. Hasilnya lumayan deh. Paling nggak dictionary dari English-Korean dan Korean-English berfungsi dengan baek.

Oya, untuk English-Indonesia dan Indonesia-English juga disediakan. Bahkan lumayan lengkap. Tanpa perlu nambahin dictionary datanya. Sayangnya ini harus ditembus hal laen. Untuk gunakan OpenDict, computer harus selalu tersambung ke internet. Karena query dictionary emang via internet.

Coba install 2 software ini:

sudo apt-get install opendict opendict-plugins-lingvosoft

Dan bisa dijalankan dari Accesories menus. Seperti ini lah tampilahnya:







Linux, selalu ada alternatif untuk kita ;-)