26 Januari 2009

TrueType Fonts tambahan untuk bagian designer

Karena license Adobe CS2 cuman 3, beberapa user disini harus mengalah pake Ubuntu Linux tentunya. Software yang gue anjurkan adalah Inkscape. Karena software ini mirip Adobe Illustrator/CorelDraw yang berbasis vector dan ada versi Windowsnya. Selain itu gue udah siapin ebook berbahasa Thai untuk Inkscape. Jadi mereka bisa belajar sendiri.

Awalnya ribet. Itu jelas. Bukan karena softwarenya yang susah tentunya. Faktor kebiasaan lama dengan membandingkan tentunya. Tapi seiring waktu, setelah satu bulan berjalan mulai terlihat hasilnya. Kekurangan di Inkscape mereka mulai tau. Juga kelebihannya mereka juga tau. Dan mereka bisa mengerjakan design dengan baek. Kecuali satu hal. Fonts di Linux nggak banyak pilihan.

Jadi mau nggak mau. gue harus sediakan fonts yang banyak di Linux. Dalam hal ini, gue siapin ribuan fonts gratis di public folder yang bisa di akses Windows user maupun Linux users.

Dimana mendapatkan truetype fonts
  1. Banyak sekali fonts di Ubuntu repo. Coba link ini:

    300+ Easily Installed Free Fonts for Ubuntu

    Gue install aja di desktop gue. Lalu gue salin fonts dari /usr/share/fonts/truetype/ ke public folder.

  2. Dulu pernah juga gue bahak artikel ini kan:

    Additional ttf fonts untuk Ubuntu

    Yang butuh file archivenya bisa download dari sini: ttf-aenigma_0.0.20080510.orig.tar.gz. Lumayalah. Sekitar 465 fonts tuh.

  3. Ada lagi fonts gratis yang lebih gila lagi banyaknya.

    Six Thousand Seven Hundred Sixty Fonts

    Coba download ini: fonts.tar.gz. Ini lebih gila lagi. Sekitar 6758 fonts.

  4. Dan banyak lagi site-site gratis maupun berbayar yang menyediakan banyak fonts.
Preview TrueType Fonts

Untung banget karena office gue pake Ubuntu 8.04 LTS edition. Versi ini ada preview fonts build in dari Gnome. Ini penting banget yah. Karena Ubuntu 8.10, preview fonts nya dihilangkan. Kaco nih developer Gnome. Semoga di Ubuntu 9.04 di sertakan lagi.

Karena designer sangat butuh fasilitas ini. Preview fonts sebelum di install. Walau tools ini simple banget, tapi sangat membantu. Beberapa software yang ada di Ubuntu repo seperti:
  • specimen
  • fontmatrix
  • gwaterfall
  • fontypython
Keliatannya bagus. Tapi jagi kurang maksimal karena hanya bisa preview fonts yang udah terinstall. Bandingkan dengan Windows. Banyak sekali software seperti ini yang bisa preview fonts sebelum diinstall. Bahkan bisa membandingkan previewnya.

Oya, gue nggak mungkin install semua fonts ini di Linux. Karena loading Inkscape akan lama dengan smakin banyaknya fonts. Juga XaraLx. Jadi... pilih yang mau dipake, lalu install yang itu saja.

18 Januari 2009

Mempromosikan Ubuntu Linux di tempat kerja

Gemana cara mempromosikan FOSS di tempat kerja? Wah.. simple banget tuh. Ada banyak cara deh. Dan ini tergantung kemampuan, pengalaman dan ide masing-masing.

Berikut ini cara gue gemana selalu promosikan FOSS ke lingkungan kerja. Tapi bukan berarti gue harus hindari produk laen. Selama FOSS bisa, ngapain gue harus cari solusi laen???

Belajar sih tetep perlu. Alias coba/baca-baca produk laen tetep perlu lah. Tapi kalo bisa diselesain dengan Ubuntu Linux, well ... nggak ada alasan buang duit untuk beli license produk M$.
  1. Selalu gunakan Ubuntu Linux di desktop

    Sejak pertama kali datang ke Thailand sampe sekarang, desktop Ubuntu 8.0.4 LTS adalah istana gue :-p

  2. Selalu gunakan Ubuntu Linux di notebook

    Yang ini bukan versi LTS. Tapi semua selalu lihat, kagak pernah ada MS Windows ataupun software for Windows (via Wine). Siapapun lirik notebook gue, akan liat dan komentar: kok beda yah? :-D

  3. Selalu tampilan desktop Linux sebelum presentasi

    Ini yang gue suka. Pamer boo .... Mereka pada curious banget kenapa bisa begitu yah??? :-D

  4. Selalu gunakan OpenOffice.org di presentasi

    Gue tunjukin kalo semuanya itu bisa dilakukan dengan OpenOffice.org. Hasilnya itu tergantung dari ide dan kreatifitas. Jadi hasil OpenOffice.org juga kagak kalah sama Powerpoint yang muahallll itu. Coba dong canggih mana hasil Powerpoint loe (yang bajakan :-p ) ama OpenOffice.org gue yang free license? :-p

  5. Selalu gunakan ODF format di semua dokumen

    Awalnya beberapa orang komplain (terutama management yang minta versi DOC/XLS/PPT). Tapi gue enteng aja jawabnya. Kagak ada MS.Office di desktop gue. Jadi ... coba install deh. Kan OpenOffice.org gratis tuh. Dan udah pernah di announce serta installernya ready di server. Masa yang nggak gratis mau, justru software gratis nggak mau??? Jangan aneh gitu deh :-p

  6. Masukkan harga software ke pemintaan komputer baru

    Setiap ada request komputer baru, sertakan biasa license MS. Windows and MS.Office kalau emang ada permintaan itu. Kasih pilihan yang jelas di proposal. Misal:

    - Hardware + Ubuntu Linux, sekian biaya
    - Hardware + MS. Windows license, sekian biaya
    - Hardware + MS. Windows & Ms.Office license, sekian biaya

    Keputusan biasanya akan ditanyakan ke kita juga. Karena IT/MIS harus tau, mana yang mencukupi untuk kerjaan user.

  7. Tolaklah OOXML format

    Sorry. Walau OpenOffice.org 3.0 bisa buka (atau OpenOffice.org 2.x dengan ODF-Converter), tapi gue nggak mau dukung format ini. Satu user gue tolak filenya, laen kali kagak akan kirim lagi ke temennya juga (semoga :-D ). So... bisa kurangin bajakan juga kan (alias bantu M$ yah :-p).

  8. Selalu taruh footer di semua dokumen

    Apapun filenya, selalu gue tambahin "Created by OpenOffice.org on Ubuntu Linux". Pertukaran dokumen hal itu akan menyebar ke semua departmen. Gue butuh ini. Mereka harus tau, denger dan lihat hasilnya. OpenOffice.org bisa !!! Linux apalagi !!! :-p

  9. Semua instant message announcement tambahin footer juga

    Tentu saja footernya "Powered by eJabberd server for Ubuntu Linux" :-D

  10. Email selalu gunakan Thunderbird

    Semua juga tau ini. Terutama footer "send by Thunderbird (not use legacy Outlook/OE anymore)". Dengan themes dan addonsnya yang free. Yang liat, akhirnya pada minta diinstallin :-p

  11. Browsing dengan Firefox

    Ini juga nggak kalah serunya. Banyak user minta Firefox. Gara-gara liat theme yang slalu berubah-ubah. Juga addons yang bejibun macemnya. Mereka terbuka mata. Browser nggak cuman untuk browsing internet doang.

  12. Selalu update software FOSS di public folder

    Penting nih. Jadi user yang suka software, biasanya akan pantau slalu software kesukaannya. Jangan lupa file "whatsnew.txt" slalu diupdate. Isinya cuman tanggal, nama software dan versi updatenya.

  13. Sediakan documentasi/manual/ebook FOSS di public folder

    Ebook OpenOffice.org 2.x dan Ubuntu Linux versi Thai ready di server. Dan juga software-software FOSS sepeti Gimp, Inkscape, Firefox, Thunderbird dan laennya. Tapi juga ada versi English untuk yang non Thai (expatriat).

  14. Bukalah semua website yang berisi knowledge Ubuntu Linux dan OpenOffice.org untuk semua user

    Beberapa website pengenalan Ubuntu Linux secara online bagus juga. Juga untuk OpenOffice.org. Inget yah. Bukan websitenya. Tapi intronya dan cara penggunaan Linux dan OpenOffice.org. Ini list gue:

    http://www.whylinuxisbetter.net
    http://www.getgnulinux.org
    http://www.ubuntustory.com
    http://www.tutorialsforopenoffice.org

    Dan laennya loe bisa cari deh.

  15. Kirim berita tentang FOSS yang muda dicerna umum

    Ini harus hati-hati. Jangan yang geek beritanya. Kagak bisa mreka cerna. Yang simple. Misal, preview Adroid di Youtube sebagai generasi pembunuh iPhone. Semua akan tertarik lihatnya ;-)

  16. Update beri FOSS untuk sesama IT/MIS

    Group yang ini harus tau perkembangan Linux. Tips and trick. Juga sumber infonya di internet. Karena kalau ada problem, mereka harus tau mulai dari mana mencarinya. Jangan bosen-bosen kirim artikel yang loe anggap sepele. Karena tugas-tugas sepele di Windows banyak deh infonya. Tapi di Linux, kebanyakan ngulas tekniknya. Jadi info seperti gemana ganti wallpaper, rombak desktop,convert video/audio, nambah fonts dan laennya perlu banget. Tentunya secara GUI dong.

  17. Selalu tegaskan tidak virus ada di Linux

    Makanya Linux gak perlu antivirus !!! Maksudnya ya sejauh ini :-p

  18. Arahin system yang bisa dukung ke 2 jenis client (Windows & Linux)

    Solusi yang hanya untuk Windows client saja, sangat nggak menarik tentunya. Karena client ada 2 OS. So... solusi yang bisa jalan di ke 2 nya harus di cari sebanyak-banyaknya.

  19. Programmer perlu support ODF

    Dulu mereka selalu bikin "export to Excell". Tapi sekarang laen deh. Webbase report selalu ke 3 tujuan (preview, export to pdf, export to ODF). Nggak perlu .XLS lagi lah.

  20. Selalu kasih solusi FOSS terlebih dulu

    Tentu saja masih berhubungan sama software FOSS di public folder. Semua solusi, gue usahakan selalu FOSS dan software ready di public folder. Misal ada yang butuh player video di Windows, biasanya gue kasih VLC atau SMPlayer for Windows. Dari pada yang laen :-p

  21. Tunjukin kebanggaan pake FOSS

    Loh ini harus. Kenapa? Karena kita bukan pembajak. Justru yang pake bajakan harus malu. Dah pake bajakan, ditunjukin lagi. Duh ... kalo gratis aja bisa bagus, ngapain susah-susah cari bajakan???

  22. Jadilah linuxer yang tau banyak dunia Linux dan Windows

    User butuh IT/MIS yang tau banyak hal (tempat untuk bertanya). Saat butuh tanya tentang Linux, mereka slalu bandingkan kedua. Dan ilmu kita akan bagus menunjang jawaban tentang ini. Oya ... jawab yang logis and real. Karena semua hal ada sisi bagus dan jeleknya.
Ada ide laen untuk gue?


14 Januari 2009

Memirip Linux dengan M$ Windows

Beberapa user sempat tanya. Bisa nggak menunya di pindah ke bawah? Tentu saja bisa lah. Beberapa MIS juga ikutan-ikutan mencoba. Tapi gue beberapa kali kalau lagi support ke user, kadang jadi bingung sendiri. Ubuntu Linux jadi aneh tampilannya :-D

Waduh? Memiripkan Linux dengan tampilan Windows? Nggak deh. Makasih. Ide yang sangat nggak menarik buat gue. Kenapa? Karena gue buka tipe yang kasih solusi untuk memiripkan Linux dengan Windows. Gue secara profesional kasih solusi secara terintegrasi ke sistem. Jadi bukan sekedar tampilan. Yang akhirnya menyalahkan Linux karena nggak bisa ini itu seperti yang mereka biasa pake di Windows.

Oya. Itu bukan karena Linuxnya yang nggak bisa. Tapi menggunakan kebiasaan Windows di Linux. Tentu saja akan banyak bedanya lah. Karena Linux bukan Windows. Yang akhirnya... gagal deh. Atau kadang kerja jadi nggak efisien. Karena nggak tahu harus bagaimana menggunakan Linux dengan baek.

Sama seperti kebiasaan dari Ms.Office ke OpenOffice.org. Walau kebiasaan menggunakan Ms.Office akan sangat membantu menggunakan OpenOffice.org. Tapi menyamakan hal ini akan menyusahkan diri sendiri. Karena kedua software tersebut jelas beda. Kalau terlalu maksain cara-cara Ms.Office di OpenOffice.org, akhirnya loe akan bilang: OpenOffice.org susah dah ribet :-D

Padalah masalahnya bukan di OpenOffice.org !!! Masalahnya di otak yang ada di kepala tuh. Setiap menggunakan hal baru, cari tau dulu alias belajar dulu. Dari helpnya, dari internet, atau beli buku dan laennya. Pokoknya banyak sekali sumber. Bahkan software FOSS seperti OpenOffice.org menyertakan juga PDF file yang bisa diunduh gratis. So ...

Dengan ilmu baru yang loe dapat, loe akan canggih menggunakan OpenOffice.org. Sehingga loe bisa bilang, OpenOffice.org itu emang canggih. Cara boleh beda. Tapi hasilnya loe akan bisa buktikan. Nggak selalu harus pake cara M$ :-p

Demikian juga untuk Linux. Gue kasih solusi NFS untuk Linux client dan Samba untuk Windows client. Kenapa nggak pake Samba aja untuk semua client? Loh... kenapa juga gue harus pake Samba? NFS jelas-jelas lebih cepet dari Samba. Skali lagi bukan cara M$ tapi lebih ok tuh :-p

Solusi NFS ini terintegrasi sama client Ubuntu. Sehingga mereka bisa menyimpan data di server dengan sangat simple dan cepat. Pernah coba NFS blon??? Coba aja deh. And you will see :-p

Kemirip-miripan dengan tampilan Windows untuk client? Itu juga bukan hal yang menarik. Client perlu tau ini Linux. Bukan Windows. Jadi mereka harus terbiasa menggunakan tampilan Gnome (untungnya Ubuntu pake tampilan default Gnome). Sehingga kalau pinjem komputer Linux yang laen, mereka akan terbiasa juga dengan desktop yang sama.

So pren. Linux bukan hal jelek. Bahkan setahuku Gnome perlu dibanggakan. Belon lagi ada KDE, XFCE dan laen-laennya. Banyak pilihan di Linux. Dan itu semuanya menarik. Ngapain juga harus mirip Windows??

Eh .... Hari gini masih pake Windows??? Sama dong ma babe gue tuh.
PS: Alias kagak pernah mau berubah

10 Januari 2009

Thundebird multi profiles

Gue slalu berusaha kasih solusi yang simple untuk user. Walo kadang nggak simple untuk MIS. Tapi itulah tantangannya. Gemana membuat Linux menjadi mudah untuk user. Salah satunya, user pengen multiple profile di Thunderbird. Karena sebelumnya di Windows dia terbiasa dengan multiple identities. Sewaktu pindah ke Ubuntu, dia tetep pengen pake cara itu.

Penggunaan Thunderbird untuk sekaligus download 2 account bisa tuh. Apalagi ada fasilitas pemisahan untuk menggunakan "Global inbox folder". Sayangnya dia bersikeras, untuk menghindari salah kirim. Setelah cari beberapa alternatif, akhirnya mending pake Thunderbird dengan multi profiles saja.

Thunderbird di Linux emang udah dikebiri. Sehingga profiles managernya nggak muncul di menu. Tapi sebenernya tetep bisa dilakukan. Dengan melalui terminal. Kalau di Windows, tetep bisa dilakukan dari DOS prompt juga.

Menambah profile baru

Coba buka terminal dan jalankan command ini:

thunderbird --help

Dari situ akan tahu perintah apa seharusnya untuk membuka Profiles Managernya Thunderbird

thunderbird -ProfileManager

Silakan tambah profiles ke 2. Berikutnya pilih nama profiles ke 2 tersebut dan klik "Start Thunderbird" untuk melakukan setting selanjutnya.

Menampilkan multiple profile

Jika menginginkan selalu muncul pilihan profiles di Thunderbird, coba hal ini:

thunderbird -ProfileManager

Dan disable option "Don't ask at startup". Atau cara laen, c
oba edit files $HOME/.mozilla-thunderbird/profiles.ini dengan gedit (text editor). Gantilah baris:

StartWithLastProfile=1


Menjadi:

StartWithLastProfile=0


Sekarang setiap kali menjalankan Thunderbird, akan muncul pilihan profilesnya.

Menambah Password di Profile

Sebenernya nggak ada fasilitas ini di Thunderbird. Tapi bisa manfaatin "Master Password" untuk hal ini. Sehingga setiap kali profiles dipilih, berikutnya untuk download message harus masukin Master Password.
  1. Edit -> Preferences (kalo di Windows OS: Tools -> Preferences)
  2. Privacy icon -> Passwords tab
  3. Set Master Password...
Tutup Thunderbird dan coba jalankan untuk tau hasilnya.

Shortcut ke profiles tententu

Ada kasus dimana 1 user gunakan 2 profile. Tapi dia pengen, email/profile ke 2 hanya dia yang tau. User laen kalo pake PC nya hanya tau email office (profiles pertamanya).

Untuk kasus seperti ini, gue bikinin 2 profile di Thunderbird. Tapi Thunderbird nggak dibikin nampilin pilihan profiles. Defaultnya Thunderbird akan selalu muncul dengan profile pertama. So... untuk munculin profile ke 2, gue ajarin user dengan cara tekan Alt+F4 dan ketikkan "thunderbird -P <profilesname>".

Sebenernya itu bisa juga dibikin shortcutnya. Tapi usernya pengen manual seperti itu.


08 Januari 2009

Pemindahan profiles Thunderbird ke partisi/OS laen

Satu perbedaan mendasar antara OE dan Thunderbird, adalah setting. Setting OE disimpan di registry. Setting Thunderbird disimpan dalam profilenya. Jadi Thunderbird lebih gampang di pindah ke media apa saja. Termasuk dari Windows ke Linux. Pindah profilesnya, semua setting/filter/addressbox langsung muncul tanpa setting ulang. Keren kan ;-)

Karena kebiasaan MIS di Windows mereka membagi harddisk jadi 2 partisi. Dan partisi ke 2 digunakan untuk dokumen dan email. Maka gue harus kasih solusi. Membuat Thunderbird menyimpan messagenya di partisi laen.

Oya, ini bisa dipake juga untuk di Linux. Misalkan user mau emailnya disimpan di folder Documents. Sehingga kalo mereka pengen backup, cukup backup folder Documents aja. Gue nggak perlu jelasin panjang lebar lagi. Mereka udah bisa jalan sendiri dengan proses backupnya. Walau Thunderbirdnya terbuka dilayar, proses backup di Linux tetep bisa dilakukan. Beda ama Windows, harus di tutup dulu tuh Thunderbirdnya.

Profiles Thunderbird

Di Ubuntu (Linux) profilesnya di simpan dalam folder:

$HOME/.mozilla-thunderbird/


Sedangkan di Windows dalam folder:

C:\Documents and Settings\<username>\Application Data\Thunderbird\

Minimal ada 2 file yaitu:
  1. profiles.ini
    Ini setting profiles saja
  2. sebuah profiles (misal: azlb8k57.default)
    Inilah folder profilesnya dimana setting/filters/message/addressbook disimpan
Perhatikan isi files profiles.ini:

[General]
StartWithLastProfile=1

[Profile0]
Name=default
IsRelative=1
Path=azlb8k57.default
Default=1


Memindahkan profiles Thunderbird ke partisi laen

Proses memindahkan bisa pake software sih. Tapi gue kurang suka karena akan lama prosesnya. Cara mengedit files profiles.ini akan lebih cepat dan efisien. Misal, dari drive C: ke drive D:\Email di Windows OS.
  1. Pindahakan folder profilesnya "azlb8k57.default" ke drive D. Setelah itu rename dari "D:\azlb8k57.default" menjadi "D:\Email"
  2. Edit files profiles.ini dan rubah 2 baris ini:
    IsRelative=0
    Path=D:\Email
Simpan dan aktifkan Thunderbird. Sekarang udah pindah tempat. Cara yang sama di Linux. Bedanya penamaan bagian "Path" saja. Jangan gunakan $HOME untuk ini. Gunakan path lengkap. Misal: /home/lutfi/Documents/Email.

Memindahkan profiles Thunderbird dari Windows ke Linux
  1. Backup folder profiles "azlb8k57.default" ke external hardisk/usb/dvd
  2. Format komputer dan install Ubuntu :-D
  3. Login dengan username yang bakal dipake user
  4. Install Thunderbird dan jalankan software ini. Waktu muncul wizard pembuatan account baru, cancel aja. Hal ini untuk buat folder dan profilesnya.
  5. Buka File-Browser (Nautilus) dan masuk ke folder $HOME/.mozilla-thunderbird
  6. Restore folder profiles "azlb8k57.default" dari external hardisk/usb/dvd ke folder $HOME/.mozilla-thunderbird
  7. Edit file profiles.ini dan ganti bagian "Path" nya:
    Path=azlb8k57.default
  8. Simpan dan met menikmati tanpa perlu setting lagi
Thunderbird gitu loch ...


06 Januari 2009

Kenapa gue pake Thunderbird official utk semua client

Yang namanya Outlook Express (OE), dulu paling ngetop disini. Bukan karena hebatnya software itu. Udah include di Windows OS tentunya. Sejauh itu aja. Tapi ada hal yang lebih ngetop lagi. Komplain user sini tentang email. Kaitannya karena hampir semua pake OE, maka komplainnya ya seputar OE lah.

List ini adalah list kesalahan OE yang paling parah:
  1. Max size perfolder 2GB
    Kebiasaan kerja di office, umumnya user akan kirim email dengan attachment dan CC ke siapa aja yang berkaitan. Efeknya mereka akan terima email yang banyak attachment dan Inboxnya akan cepet membengkak. OK, walau pake rules, tetep aja folder akan cepet gede. Dalam 3-4 bulan, perfolder bisa capai limit 2GB itu. Selanjutnya pihak MIS akan terima komplain. Dan mereka seperti biasa akan rename folder Inbox.dbx ke Inbox-old.dbx. Inilah rutinitas MIS slama 5 taon terakhir :-D

  2. Kadang message beberapa bulan bisa hilang gitu aja
    Nggak tau gemana, Inbox yang semula ada message 6 bulan terakhir, mendadak message tertentu bisa menghilang. Ini bukan semua message dalam satu folder yah. Cuman sebagaian saja. Gue pernah check, Inbox.dbx sekitar 1.3GB. Anehnya setelah di compact, jadi 100MB. Nah loh? I hate if this happen :-(

  3. Message cannot display
    Listrik mati atau user maen reset saja komputer. Itu kecurigaan awalnya sih. Tapi kadang OE bisa nutup sendiri. Selanjutnya error seperti ini akan muncul. Simple aja. Tutup dan buka lagi OE. Umumnya akan normal. Tapi kalo udah parah, nggak ada cara laen. Harus di repair file dbx-nya. Dan ini bener-bener membuang waktu.

  4. Support UTF-8 nya parah
    M$ pake caranya sendiri untuk memprovide email berbahasa English, Thailand, Korean, Chinese. Dan ke 4 language itu dipake disini. Big company dengan banyak expatriat. Walau selama ini mereka pake cara OE untuk saling komunikasi dengan email, tanpa UTF-8 akan jadi boros karakter. Dan kadang subjectnya jadi kaco karena coding yang berbeda-beda. Dan kalo dapat email menggunakan UTF-8, OE (terutama OE6) kadang keok. Nggak bisa nampilin apa-apa. Walau dah dipilih codingnya secara manual UTF-8, tetep saja nggak bener diplay messagenya.

  5. Pemindahan store folder yang sangat beresiko
    Ini satu hal yang paling gue benci dari OE. Kebiasaan MIS sini partisi harddisk jadi 2. Partisi pertama untuk OS. Partisi berikutnya untuk dokumen dan email. OE emang udah kasih peringatan saat mindahin store folder ke folder laen. Kalo folder tujuan udah ada messagenya. Nggak sengaja klik NO, hilang deh semua message di folder tujuan. Nggak tau gemana logika M$ programmer. Kalo di folder tujuan dah ada message, kenapa ditanya lagi. Beda banget ama Thunderbird. Tau dah ada message, langsung ditampilkan tanpa tanya lagi.

  6. Spam
    Hari gini pake email client tanpa anti spam??? Mungkin nggak masalah sekarang. Karena bulan Juli kemarin udah gue settingkan antispam di mail server sini. Tapi kan loe bisa bayangin. Umumnya spam local akan tetep masuk. Dan antispam di email software akan membantu hal ini.

  7. Virus & Spyware
    OE dan Virus/Spyware itu pasangan yang sangat cocok. Tanpa perlu klik attachment, virus/Spyware langsung running. Bener-bener berkah untuk mereka, tapi bukan untuk MIS :-( Untung udah ada clamav di mail server. Tapi gue tetep aja sebel karena beberapa bos sini download pop3 dari mail server luar. P3scan akan menghadang deh kalo downloadnya dari network office. Nah kalo download dari luar network office, esok paginya notebook dipake kerja udah bawa bonus Virus/Spyware :-(

  8. Searchingnya menyebalkan
    Suka pake fasilitas search nggak? OE paling jelek dukungan searchnya. Bahkan sangat jelek dan lamban kerjanya.

  9. LDAP supportnya lemah
    Ini satu hal yang cukup jelek di OE. Perlu banyak perjuangan untuk searching sebuah email address di LDAP server.

  10. Solusi laennya, selalu berbuntut: bayar bayar bayar
    Software untuk repair message OE, jarang ada yg gratis. Walo OE include Windows OS, tapi hampir semua software dukungannya nggak ada yang gratis. Juga untuk removing duplicate message. Dan laennya. Ckckck ....

Semua problem di atas tidak ada di Thunderbird. Baek Thunderbird for Windows maupun for Linux. Kecuali No.7, Thunderbird tetep butuh antivirus kalo dipake di Windows. Tapi spyware umumnya gak perlu dirisaukan. Karena hampir smua spyware diciptakan untuk OE.

Well... pren. Hari gini pake OE???


04 Januari 2009

Fixing resolusi monitor

Hampir semua Ubuntu yang dipake client, deteksi resolusi monitornya udah otomatis. Dari sekitar 50 pc sejauh ini, hanya 5 yang rewel maunya pake resolusi 800x600. Dan itu hampir semuanya adalah vga card SIS. Satu onboard dan yang laen bukan onboard. Tapi semuanya itu adalah vga card versi lama.

Nggak tau persisnya gemana. Tapi SIS emang vga card yang ribet sejak dulu deh. Dan coba pake driver vesa juga sama. Karena disini (nggak beda dengan di Indo maunya cari hardware murah), mau nggak mau yah gue harus belajar atasin SIS ini :-D

Check VGA card

Pasti loe semua dah tau kan command yang ini:

lspci | grep -i vga

Nih contoh hasilnya dari salah satu computer:

01:00.0 VGA compatible controller: Silicon Integrated Systems [SiS] 661/741/760 PCI/AGP or 662/761Gx PCIE VGA Display Adapter

Disini gue akan bagi-bagi cara settingnya. Tapi gue nggak mau ribet cari resolusi maximalnya. Asal bisa 1024x768 sekitar frekuensi 70-85hz dah cukup deh. Kalo dibawah resolusi itu, hanya interlace tentunya nggak nyaman di mata.

Generate xorg.conf yang baru

Ini cara yang paling simple. Generate yang baru konfigurasi xorg.conf dengan cara ini. Oya, ada baeknya ke tty1 aja yah ngerjainnya:

sudo -i
dpkg-reconfigure -phigh xserver-xorg


Lalu coba restart GDM untuk liat ada hasilnya:

/etc/init.d/gdm restart


Deteksi resolusi dan frekuensi monitor

Kalo ternyata resolusinya masih belon bener, ini kemungkinan karena frekuensi monitor blon di kenalin dengan baek. Umumnya monitor yang dah dikenalin Linux, akan langsung OK. Tapi banyak juga monitor yang modelnya gak bisa dikenali. Caranya simple aja. Masukin aja frekuensi monitor ke xorg.conf.

Install dulu paket "xresprobe" kalo emang blon terinstall.

apt-get install xresprobe

Setelah itu, deteksi aja dengan command ini:

ddcprobe

Nih contoh hasilnya dari deteksi di monitor gue:

vbe: VESA 3.0 detected.
oem: VIA P4M800 PRO
vendor:
product: 
memory: 65536kb
mode: 640x480x256
mode: 640x480x64k
mode: 640x480x16m
mode: 800x600x256
mode: 800x600x64k
mode: 800x600x16m
mode: 1024x768x256
mode: 1024x768x64k
mode: 1024x768x16m
mode: 1280x1024x256
mode: 1280x1024x64k
mode: 1280x1024x16m
mode: 1600x1200x256
mode: 1600x1200x64k
mode: 80x60 (text)
mode: 800x600x16
edid:
edid: 1 3
id: a023
eisa: DELa023
serial: 32345053
manufacture: 4 2007
input: sync on green, analog signal.
screensize: 34 27
gamma: 2.200000
dpms: RGB, active off, suspend, standby
timing: 720x400@70 Hz (VGA 640x400, IBM)
timing: 640x480@60 Hz (VGA)
timing: 640x480@75 Hz (VESA)
timing: 800x600@60 Hz (VESA)
timing: 800x600@72 Hz (VESA)
timing: 800x600@75 Hz (VESA)
timing: 1024x768@87 Hz Interlaced (8514A)
timing: 1024x768@75 Hz (VESA)
ctiming: 1152x864@75
ctiming: 1280x1024@60
dtiming: 1280x1024@70
monitorserial: FJ17971P24PS
monitorname: DELL E177FP
monitorrange: 31-80, 56-75


Perhatiin aja baris "monitorrange". Itu yang kita butuhkan. Edit file xorg.conf dan tambahkan angka itu disection "Monitor" dengan cara seperti ini:

Section "Monitor"
        Identifier   "Generic Monitor"
        HorizSync   31-80
        VertRefresh 56-75

EndSection


Sekarang coba restart lagi GDM-nya. Dan liat hasilnya. Umumnya langkah ini akan mendapatkan hasil. Dan nggak pake resolusi 800x600 lagi ;-)

Paksain resolusi tertentu

Walau resolusi udah nggak 800x600 lagi, kadang kita masih nggak puas. Kenapa? Karena bisa aja dapat resolusi terlalu gede. Sehingga semua font dan icon nampak terlalu kecil. Atau kadang dapat resolusi 1024x768, tapi nggak enak dimata. Karena interlaced. So ... kita harus maksaain setting untuk gunakan resolusi yang kita mau dan frekuensi yang kita mau juga.

Gue nggak mau ribet masalah dukungan 3D. User office nggak perlulah pake 3D. Biasanya cari resolusi 1024x768 aja. Mungkin ada beberapa tergantung frekuensinya. Gue biasanya pilih yang 70-75 saja. Karena rata-rata monitor sini lama juga. Ulang aja command "ddcprobe" dengan cara ini:

ddcprobe |grep 1024x768

Dan ini hasilnya:

mode: 1024x768x256
mode: 1024x768x64k
mode: 1024x768x16m
timing: 1024x768@87 Hz Interlaced (8514A)
timing: 1024x768@75 Hz (VESA)

Nih contoh gue akan pake driver VESA dengan resolusi 1024x768@75Hz. Edit kembali xorg.conf dan tambahkan ini:

Section "Device"
        Identifier       "Generic Video Card"
        Driver           "vesa"
EndSection

Section "Screen"
        Identifier       "Default Screen"
        Monitor          "Generic Monitor"
        Device           "Generic Video Card"
        Defaultdepth     24
         SubSection "Display"
               Depth 24
               Modes "1024x768"
         EndSubSection

EndSection


Lalu generate modeline dari command ini:

gtf 1024 768 75

Nih hasilnya:

  # 1024x768 @ 75.00 Hz (GTF) hsync: 60.15 kHz; pclk: 81.80 MHz
  Modeline "1024x768_75.00"  81.80  1024 1080 1192 1360  768 769 772 802  -HSync +Vsync

Simpan ke dalam xorg.conf disection Monitor:

Section "Monitor"
        Identifier   "Generic Monitor"
        HorizSync   31-80
        VertRefresh 56-75

        # 1024x768 @ 75.00 Hz (GTF) hsync: 60.15 kHz; pclk: 81.80 MHz
        Modeline "1024x768_75.00"  81.80  1024 1080 1192 1360  768 769 772 802  -HSync +Vsync

EndSection


Sekarang coba restart GDM untuk liat hasilnya. Oya, bisa coba driver VESA maupun SIS. Tergantung mana yang OK deh.

Sejauh ini yang gue tau. Tapi kalo ada tools yang laen, boleh juga deh :-D

02 Januari 2009

Mirroring Samba/NFS server dengan rsync

Pernah nggak alamin kehilangan file di server gara-gara pihak MIS salah perintah? Moga-moga jangan sampe yah. Tapi itu mungkin aja bisa terjadi kan. Karena disini MIS nya baru pake Linux. Beberapa perintah dasar terminal, seperti cp (copy) mv (move/rename) rm (remove) rsync (mirroring) dan laennya, kurang satu karakter saja bisa menghasilkan hal yang berlawanan.

So pointnya, data di server harus selalu terbackup atau tersinkron. Jika sewaktu-waktu ada hal seperti itu, gue akan gampang selametin keaadaan seperti ini. Disamping itu, hal yang satu ini juga untuk menghindari beberapa hal berikut:
  • Kesalahan disisi user. Kadang mereka hapus file secara sengaja dan pengen merestorenya di laen waktu.
  • Kesalahan disisi user. Kadang mereka hapus file secara nggak sengaja. Tau deh gemana 1 folder di departmen folder bisa hilang gitu aja. Mungkin aja ada yang salah klik mouse. Namanya juga 1 departemen kemampuannya bisa berbeda-beda.
  • Menghindari user yg resign dengan menghapus semua filenya :-p
  • Proses restore yang cepat dibanding restore dari tape backup
  • Dan laennya ...
Hanya dengan 1 harddisk gede (murah kan sekarang), bisa selametin banyak hal. Asal slalu pantau prosesnya. Gue sih sinkron data di server PDC ke salah satu harddisk di BDC server. Hanya dengan "rsync" saja. Tiap malem tuh. Dan paginya bisa dapat report rsync via email.

PDC gue jalan dengan service Samba dan NFS. Dan gue jalankan rsync di BDC. Loe gak harus taruh di BDC. Itu cuman istilah gue agar pengguna Windows server mudah ngertinya. Karena cara ini bisa backup apa aja kalo mau. Nggak cuman Samba atau NFS. Dan nggak cuman di Linux. Windows juga bisa. Kan rsync bisa jalan di Windows juga ;-)

Untuk gunakan script ini, jangan lupa install openssh-server di PDC dan BDC. Lalu coba gunakan otentikasi public key untuk user root dari BDC ke PDC. Detilnya coba pelajarin di help.ubuntu.com. Dengan cara ini, script di BDC akan running tanpa tanya username & password jika konek ke openssh-server di PDC.

Script ini save ke /etc/cron.daily dan jangan lupa permission set ke 755. Jangan lupa sesuaikan 3 baris definisinya:


#!/bin/bash
#
#Definition of source folder, mirror folder and trash folder
#
# sourcedir => Folder Data di PDC
# backupdir => Mirror folder di BDC
# trashdir  => Archive deleted file di BDC
#
sourcedir="root@pdc.domain.com:/svr/"
backupdir="/svr/mirror/pdc/"
trashdir="/svr/mirror/deleted/"
#
#Process
trashdir2="$trashdir`date +%Y`/`date +%m`/`date +%d`"
/bin/mkdir -p $trashdir2
/usr/bin/rsync -avh --stats --delete \
    --exclude=temp/ \
    --backup --backup-dir=$trashdir2 $sourcedir $backupdir


Agar semua user bisa restore sendiri tanpa harus lewat MIS, tentu saja di BDC harus juga miliki user & grup yang sama dengan PDC. Backend LDAP utk Samba/NFS disini akan menunjang sekali. Tambahkan share folder ini di smb.conf pada BDC.

[mirror]
    comment = Backup Folders
    path = /svr/mirror/
    writeable = no
    guest ok = no
    force group = "Domain Users"

Dan semua user bisa mengaksesnya dari alamat ini:

\\bdc\mirror\pdc\
\\bdc\mirror\deleted\<tahun>\<bulan>\<tanggal>\

Alamat ke 1 di atas adalah data 1 hari sebelumnya. Alamat ke 2 itulah yang berisi semua file yang pernah di hapus user. Karena stiap kali rsync melihat perubahan di PDC, file yang ada di BDC, nggak langsung di hapus. Melainkan di archive ke $trashdir dengan pengelompokan berdasar tanggal, bulan dan tahun.

Ok. Smoga bermanfaat deh




01 Januari 2009

Happy new year 2009 ...

Install aja ini:

sudo apt-get install figlet

Lalu coba ini:

figlet -f bubble Happy New Year 2009

Dan hasilnya ini:
  _   _   _   _   _     _   _   _     _   _   _   _     _   _   _   _ 
 / \ / \ / \ / \ / \   / \ / \ / \   / \ / \ / \ / \   / \ / \ / \ / \
( H | a | p | p | y ) ( N | e | w ) ( Y | e | a | r ) ( 2 | 0 | 0 | 9 )
 \_/ \_/ \_/ \_/ \_/   \_/ \_/ \_/   \_/ \_/ \_/ \_/   \_/ \_/ \_/ \_/


:-D